Rabu, 06 Agustus 2014

JEHOVA JIREH...... TUHAN yang menyediakan



Ketika kami mulai dalam perjumpaan pribadi dengan Tuhan, berjalan dalam keintiman dengan Bapa, maka satu hal yang Tuhan minta adalah menjadikan DIA sebagai pusat segala-galanya dalam hidup kami dan tidak ada yang lain. Pada awalnya kami masih belum tahu bagaimana hal itu dipraktekkan sehari-hari. Beberapa kali Tuhan beri peringatan agar saya menngandalkan DIA sepenuhnya, tetapi saya tidak bisa memahami apa yang dimaksudkan itu. Saya berpikir saya sudah mengandalkan Tuhan, meskipun Tuhan berkata saya mengandalkan pekerjaan yang saya kerjakan dengan susah-payah dan keuangan yang dihasilkan dari kerja keras tersebut. Kebodohan saya membawa akibat yang mengerikan dalam kehidupan keluarga kami pada tahun 2006. Setiap usaha dan pekerjaan yang kami lakukan seketika mengalami kemunduran dengan sangat cepat dan dalam hitungan bulan tabungan kami sudah terkuras dan keluarga kami ada dalam kondisi keuangan yang memprihatinkan. Saat itu anak pertama kami, Holy Rhema Soegiantoro, akan masuk Sekolah Dasar dan kami berjuang keras untuk mendapatkan keringanan semaksimal mungkin. Pimpinan sekolah menetapkan angka 3 juta sebagai batas terakhir yang harus kami pilih, menyetujuinya atau mencari sekolah lain. Akhirnya saya menyetujuinya dengan berat hati dan kami ajukan permintaan bahwa biaya itu akan kami bayar bukan dalam tempo 3 bulan, tetapi kami angsur maksimal sebelum anak kami naik kelas 2 alias selama 1 tahun.
Kami menyadari kesalahan itu dan minta belas kasihan Tuhan, namun jawaban Tuhan tidak terjadi seketika itu. Proses bayar harga dan ujian harus kami lalui selama 3 tahun dimana benar-benar kami harus memperhitungkan setiap kebutuhan yang benar-benar mendesak, seluruh tabungan kami habis untuk hidup kami selama itu. Tetapi kami tetap setia dan percaya bahwa Tuhan mampu memelihara kami. Tuhan akhirnya membuat kami untuk belajar mengelola sendiri apotek kami tanpa bantuan orang lain sehingga dari situlah kami bisa melihat besarnya berkat Tuhan yang kami sia-siakan selama ini. Proses pemulihan terus berjalan dan pelahan-lahan kami mulai dapat memperbaiki kehidupan kami meskipun belum mencapai tahap optimal. Sejak ekonomi kami membaik, kami mulai berdoa untuk kehidupan kami dipulihkan secara sempurna mengingat sampai saat itupun kami belum dapat menabung untuk kedua anak kami. Saat itu juga kami mengajukan keinginan kami untuk mengganti mobil kami dengan yang lebih baru serta merenovasi apotek dan rumah kami. Saya sempat terlintas dalam hati keinginan untuk sebuah mobil yang ternyata saya ketahui dalam sebuah pameran bahwa mobil itu termasuk mobil mewah sehingga harganya sudah lebih dari 300 juta. Saya berusaha mengubur keinginan itu karena saya tahu bahwa hal itu mustahil bagi keluarga kami bagaimanapun caranya, termasuk kredit. Setelah itu saya mencoba menghubungi beberapa kontraktor untuk renovasi apotek dan rumah kami. Kami berusaha meminimalkan kebutuhan bagi apotek dan rumah kami, dengan harapan agar biaya yang akan diberikan tidak terlalu tinggi. Akan tetapi setelah melihat semua kontraktor yang mengajukan biaya renovasi selalu diatas 2,5 juta per m2 yang berarti bahwa renovasi ini yang paling minimal membutuhkan biaya 300juta. Oleh sebab itu kami pun mundur teratur.
Selama tahun-tahun kekelaman itulah, saat kami mengadakan mezbah keluarga setiap malam, Tuhan selalu katakan bahwa kami akan diberikan berkat finansial yang sangat besar. Sampai pada suatu malam, istri saya menyampaikan sebuah usulan bagaimana jika nanti kami mendapatkan janji Tuhan itu, maka mobil kami akan ditukar dengan mobil orangtua istri saya karena kondisinya sangat mengkhawatirkan apalagi untuk dipakai pelayanan ke desa-desa setiap hari. Artinya mobil kami yang kondisinya sangat istimewa akan diberikan kepada Tuhan melalui orangtua istri saya, dan kemudian saya mendapatkan mobil mereka. Saya menyetujuinya dan malam itu kami sekeluarga melakukan nazar di hadapan Tuhan.
Kami pikir bahwa Tuhan akan melakukan sesuai skenario kami, yaitu setelah kami mendapatkan berkat finansial yang Tuhan janjikan itu, lalu kami berikan mobil kami, kemudian sebagai gantinya kami akan mendapat mobil mereka yang akan kami jual dan kami belikan dengan mobil keinginan saya tersebut; lalu setelah itu kami akan memulai renovasi apotek dan rumah kami. Tetapi ternyata Tuhan membuat skenario yang berbeda. Tiba-tiba pada awal bulan April 2009 pagi-pagi hari kami mendapat kabar bahwa orangtua kami mengalami kecelakaan di Jawa Barat. Mereka berdua selamat, namun mobilnya terbalik masuk ke sawah dan kondisinya hancur berantakan. Kami kaget mendengar berita itu dan kami berpikir bahwa skenario yang telah kami buat tidak akan dapat kami jalankan kembali karena tidak ada harapan untuk menjual mobil setelah hancur akibat kecelakaan dengan harga yang pantas.
Beberapa hari kemudian, Tuhan berbicara kepada mama saya dan mengingatkan tentang nazar yang telah kami buat. Tetapi Tuhan inginkan kami untuk melakukan bagian kami terlebih dahulu alias nazar itu dibalik skenarionya, yaitu kami harus menabur dahulu sebelum mendapatkan tuaian janji Tuhan. Pada malam ini kami meminta peneguhan atas apa yang Tuhan nyatakan dan dengan jelas Tuhan kembali nyatakan bahwa DIA inginkan kami menyerahkan mobil kami satu-satunya kepada Tuhan. Pada malam hari itulah kami sekeluarga sepakat, kalau kami harus menabur maka kami yakin dan percaya bahwa kami akan menuai berlipat ganda. Meskipun kami belum melihat pemulihan finansial keluarga kami, namun kami percaya dan kami tidak mau kehilangan kesempatan itu.
Pada hari kepulangan orangtua kami ke rumah, saya dan istri menjemput di bandara dan mengantarkan mereka ke rumah sambil menyerahkan mobil kami beserta seluruh kelengkapannya, STNK dan BPKB nya kepada mereka sambil mengatakan bahwa ini nazar kami, meskipun skenarionya berbeda dari yang kami rencanakan, tetapi Tuhan minta kami melakukan hal ini buat Tuhan melalui mereka. Mereka pun dengan terharu bertanya bagaimana kami sekeluarga kalau mau bepergian, dan kami katakan bahwa kami bisa naik motor atau bis jika perlu.
Selama sebulan lebih, kami tidak memiliki mobil. Setiap kali bepergian, kami naik motor, namun kami sekeluarga tetap bersukacita, bahkan anak-anak kami yang masih kecil-kecil pun tidak protes atau mempertanyakan keputusan kami, malahan mereka ikut menguatkan kami dengan sukacita dan kegembiraan mereka dalam keadaan apapun. Sejak itu tiap malam saat mezbah keluarga, Tuhan mengungkapkan hati-NYA yang senang melihat tindakan kami, karena DIA mengetahui bahwa kami telah mampu mengelola setiap berkat yang dipercayakannya. Tuhan menegaskan bahwa saat kami tahu bahwa semua berkat itu adalah berasal dari Tuhan yang dipercayakan untuk kami kelola, maka saat Tuhan memintanya kembali, tidak akan ada keraguan dan keberatan dari kami untuk melepaskannya.
          Saat itulah penggenapan janji Tuhan mulai tergenapi dalam hidup kami sekeluarga. Rumah yang sudah kami tawarkan untuk dijual maupun disewakan selama 9 tahun, tiba-tiba dengan mudahnya langsung mendapatkan pembeli. Demikian pula dengan rumah-rumah yang menjadi warisan dari mama saya langsung terjual dalam waktu yang sangat singkat. Sehingga dalam waktu beberapa bulan saja, berkat Tuhan yang luar biasa menjadi kenyataan dalam keluarga kami. Mobil yang tidak dapat saya bayangkan dapat menjadi milik kami, bisa kami miliki tanpa kami menjual mobil orangtua dari istri saya. Sedangkan renovasi rumah dan apotek yang tidak kami bayangkan bisa menjadi seperti sekarang, akhirnya menjadi kenyataan dalam kehidupan kami. Semuanya ini kami dapatkan bukan dengan kredit, tetapi lunas terbayarkan sebab Tuhan yang menyediakan bagi kami.