Perkenalkan nama saya
Yulia. Saya sangat mengucap syukur kepada Bapa yang sangat mengasihi saya, yang
memberikan kemampuan dan kekuatan kepada saya untuk melewati segala sakit
penyakit yang saya alami.
Akhir April 2013 kami
sekeluarga pergi berlibur ke Malaysia dan sepulang dari Malaysia, saya
merasakan badan saya sangat lemah dan pusing. Saat itu saya pikir itu cuma efek
dari kelelahan. Hari-hari berlalu tubuh saya tetap lemah, pusing dan kadang
demam. Saya tidak terlalu memperdulikan karena saya pikir cuma masuk angin
biasa.
Setelah beberapa hari
kemudian saat saya tidur saya sering mengalami sesak nafas dan nyeri di bagian
dada kiri bagian atas. Kemudian suatu siang saya merasakan demam tinggi sampai
mengigil, seluruh badan saya bergetar dengan sangat kencang, badan terasa kaku,
bahkan sampai tidak bisa berdiri dan berbicara.
Malam harinya keadaan saya semakin parah, sesak nafas, demam, pusing, lemas,
sakit diseluruh tubuh.
Saya tidak ingin
merepotkan suami saya, jadi saya bertahan sendiri di atas tempat tidur, tapi
karena sesak nafas saya terlalu parah, akhirnya suami saya terbangun. Kemudian
saya diberi obat inhaler spray untuk melegakan nafas saya. Sampai kemudian suami
saya harus memasang selang oksigen untuk membantu pernafasan saya.
Keesokan harinya
keadaan saya semakin parah, akhirnya saya tidak bisa bangun dari tempat tidur
karena seluruh tubuh saya sakit dan sangat lemas. Suami saya mengajak saya ke rumah sakit untuk
memeriksakan keadaan saya. Saat keluar rumah, saya mendapati seluruh tubuh saya
bengkak dan berwarna kuning terutama bagian mata, telapak tangan, dan kaki.
Setibanya di rumah sakit saya diperiksa laboratorium lengkap dan USG,tetapi
hanya ditemukan banyak cairan tubuh di rongga perut dan dada sehingga menekan
paru-paru. Ini yang mengakibatkan saya kesulitan bernafas. Namun setelah kami
konsultasikan ke beberapa dokter di rumah sakit itu, semuanya tidak bisa
menemukan apa penyakit saya. Tetapi karena kondisi saya sangat buruk, jadi
dokter menyarankan harus segera opname untuk dilakukan observasi guna mencari
penyebab sakit itu. Kami belum memberi keputusan, kami berdoa dulu untuk
bertanya bagaimana kehendak Tuhan.
Ketika kami berdoa di
ruang tunggu rumah sakit siang itu, Tuhan hanya berkata tidak usah mondok sebab
Tuhan sendiri yang akan menyembuhkan saya. Kami imani janji Tuhan dan kemudian
kami memutuskan untuk pulang. Dokter yang menangani saya mengatakan kepada
suami saya untuk memikirkan ulang keputusan kami karena keadaan saya yang sudah
sangat mengkhawatirkan apalagi resiko cairan yang bisa membuat saya tidak bisa
bernafas. Dokter berkata bahwa saya
keadaan saya sangat parah dan sangat beresiko kalau tidak dalam pengawasan
dokter yang intensif.
Akhirnya kami pulang
dan hanya mempercayakan hidup saya kepada Tuhan. Harapan kami hanyalah iman
bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizat dan menyembuhkan saya. Kami percaya bahwa
Tuhan adalah Allah yang setia yang tidak akan pernah lalai akan semua janjiNya.
Hari demi hari terlewati tanpa ada tanda-tanda membaik. Sebaliknya keadaan saya
semakin memburuk, sehingga saya hanya bisa berbaring lemas dengan dibantu
oksigen untuk bernafas. Setiap 6-8 jam sekali saya minum obat demam dan
penghilang sakit, sebab saya selalu kesakitan di seluruh tubuh dan jika sudah
demam seringkali saya sampai menggigil tidak bisa mengendalikan tubuh saya lagi.
Selang beberapa hari kemudian, perut saya mulai membesar seperti orang hamil 6
bulan. Saya sangat menderita karena
seluruh badan sakit, bahkan untuk bergerak, buang air besar/kecil saya harus
menahan sakit. Saya hanya bisa berbaring, karena apabila saya berdiri/berjalan
walaupun hanya beberapa langkah saja, maka badan saya langsung demam tinggi.
Sehari 2x saya di cek lab untuk mengetahui perkembangan saya sebab lekosit saya
sangat tinggi seperti gejala leukemia.
Setiap hari suami, ibu
mertua, dan anak-anak dengan kasih dan kesabarannya selalu melayani saya,
memberi makan, minum, memandikan, bahkan memijat badan saya karena saya selalu
merasakan sakit di seluruh tubuh saya. Saya tidak bisa makan nasi ataupun
bubur, bahkan sup pun tidak bisa sebab selalu saya muntahkan kembali. Saya
hanya bisa makan beberapa butir buah anggur dalam sehari.
Setelah beberapa bulan
tidak ada perubahan dalam kondisi tubuh saya, maka kami kembali bertanya kepada
Tuhan, kami harus periksa ke dokter mana untuk mengetahui penyakit yang belum
diketahui sampai saat itu. Tuhan jawab agar kami pergi ke dokter SpOG
(spesialis kandungan) yang dulu pernah memeriksa saya. Setelah diperiksa,
dokter itu berkata bahwa endometriosis sudah menyebar ke mana-mana sehingga
menyebabkan infeksi. Juga ditemukan miom yang ukurannya 2,5 cm dan 5 cm,
sehingga harus segera ditangani agar tidak menyebar ke ginjal, hati, dan
organ-organ tubuh dalam rongga perut sebab bisa berakibat fatal. Saat suami
saya menanyakan apakah itu yang menyebabkan sakit dan bengkak, dokter tidak
bisa memastikannya sebab bisa jadi bukan hanya endometriosis saja penyebabnya
dan tidak ada dokter yang bisa tahu sebelum perut saya dibuka.
Jadi dokter berkata
bahwa jalan satu-satunya adalah operasi besar untuk membuka perut saya. Setelah
dibuka baru akan diketahui penyakitnya disebabkan oleh apa dan baru akan
dipanggilkan dokter yang ahli di bidang itu untuk menanganinya. Jadi operasinya
akan melibatkan banyak dokter dari berbagai bidang keahlian karena penyakit
saya tidak jelas penyebabnya dan karena resiko tinggi dari tindakan operasi
yang akan saya alami. Dokter bertanya kepada saya, mengapa penyakit kok
dibiarkan saja, karena riwayat endometriosis saya sudah terdeteksi 6 tahun yang
lalu pada stadium 4 sehingga kondisinya saat ini sudah sangat parah dan harapan
hidupnya sangat tipis dengan komplikasi yang ada. Saya hanya berkata bahwa kami
percaya dan menanti mujizat Tuhan. Saat itu dokter mengejek saya dan mengatakan
kalau ibu ingin makan nasi goreng, apakah hanya dengan menunggu dan berdoa maka
nasi goreng akan turun dari langit? Kami hanya bisa tersenyum mendengar
sindiran dari dokter.
Setelah kami mendengar
vonis dari dokter itu, kami pun mendatangi 3 dokter kandungan lain yang “top”
di Jogja. Semuanya mengatakan hal yang sama, bahkan salah seorang dokter
seakan-akan tidak peduli sama sekali dengan kesakitan yang saya rasakan. Kami pun
mulai berpikir untuk operasi, sebab siapa tahu Tuhan akan menyembuhkan lewat
cara itu. Kami bertanya-tanya tentang keberhasilan operasi itu, tetapi tidak
ada satu pun dokter yang bisa menjamin keberhasilan operasi itu, sebab
penyakitnya pun belum diketahui sehingga dokter tidak bisa memastikan jenis
penanganannya dan seberapa parah kondisinya. Dokter kandungan hanya bisa
memberikan gambaran jika itu karena endometriosis dan miom saja tanpa komplikasi
lain, tidak ada seorang dokter pun yang bisa menjamin saat dioperasi semua
bintil-bintil endometriosis bisa dibersihkan tanpa tersisa. Konsekuensinya jika
ada bintil endometriosis yang terlewatkan, maka pasti akan berkembang kembali
dalam waktu singkat. Jadi operasi itu seperti judi saja, tidak ada dokter yang
bisa memberi prosentase keberhasilannya.
Mendengar hal itu kami
sempat syok dan putus asa. Kami pulang dengan hati sedih dan kemudian kami
berdoa minta kekuatan dan tuntunan Tuhan. Tuhan berkata bahwa saya akan sembuh
tanpa pertolongan dokter, karena Tuhan sendirilah yang aan menyembuhkan saya.
Kami semua menangis dan mengimani kembali janji Tuhan, walaupun sepertinya
mustahil. Kami percaya bahwa Tuhan adalah setia dan pertolongannya selalu tepat
pada waktu-Nya.
Tiga bulan berlalu
sejak dari vonis dokter itu, penyakit saya tidak kunjung sembuh bahkan semakin
parah. Sekali lagi saya hampir putus asa dan sudah merelakan apabila Tuhan
harus panggil saya di usia yang ke-35. Saya sudah merasa tidak mampu lagi untuk
bertahan dengan penyakit ini, dan melihat kesedihan yang menyelimuti keluarga
kami dan kelelahan mereka karena harus melayani saya setiap hari. Sebab saya
tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain dan hanya bisa berbaring
saja. Saya sangat bersyukur memiliki
keluarga yang begitu mengasihi dan mendukung saya, walaupun saya sangat
merepotkan mereka.
Melihat keluarga yang
begitu mengasihi saya, iman saya bangkit lagi dan saya mulai berusaha untuk
bisa melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang lain. Puji Tuhan,
Dia beri saya kekuatan, sedikit demi sedikit saya mulai bisa bangkit dari
tempat tidur, mandi sendiri, makan sendiri, ke toilet sendiri walaupun dengan
usaha dan perjuangan yang berat. Lama kelamaan saya mulai bisa melakukan
aktifitas untuk keperluan saya sendiri, meskipun harus sering beristirahat
kembali. Aktifitas saya tidak bisa lebih dari 30 menit, setelah itu saya harus
beristirahat lagi karena bila terlalu lama badan saya pasti demam lagi.
Setelah beberapa lama
kemudian saya sudah bisa pergi ke pasar dengan pelan-pelan. Saat saya di pasar
semua orang yang mengenal saya selalu bertanya-tanya melihat kondisi saya yang
masih pucat, perut membesar, kaki membesar, pipi yang membesar. Mereka berkata,
hamil berapa bulan bu?? kok pucat banget. Saya hanya menjawab dengan senyuman.
Sepulang dari pasar saya harus kembali beristirahat supaya tidak demam.
Berangsur-angsur
bengkaknya mulai hilang, tetapi dengan demikian terlihat tubuh saya aslinya
tanpa bengkak itu hanyalah seperti tulang-belulang saja. Berat badan saya turun
drastis 9 kg dari sebelum sakit dan hanya tinggal 38 kg. Kemudian selang tidak
berapa lama, rambut saya mulai rontok hebat tanpa bisa dicegah. Setiap pagi di
atas bantal saya banyak sekali ditemukan rambut yang rontok sehingga
benar-benar saya takut kalau sampai botak.
Waktu terus berlalu
kekuatan tubuh saya mulai pulih kembali, namun diikuti dengan kondisi
kerontokan dan berat badan yang sangat rendah membuat saya bingung seakan-akan
selesai masalah satu tetapi timbul masalah lain. Di tengah kebingungan itulah,
kami selalu diingatkan untuk tetap percaya bahwa mujizat Tuhan pasti akan
terjadi tepat pada waktuNya. Saya pun tidak lagi memperhatikan penyakit saya,
tetapi saya fokus melakukan aktivitas yang bisa saya kerjakan sebisa saya
sesuai kemampuan kekuatan tubuh saya.
Tanpa terasa, tepat 1
tahun kemudian saya baru menyadari bahwa kondisi saya sudah pulih seperti
dahulu. Perut, kaki, pipi, rambut yang dahulu rontok Tuhan sudah gantikan
dengan yang baru. Bahkan dahulu saya punya rambut yang kaku dan saya
menginginkan rambut yang lembut, itu Tuhan berikan sesuai keinginan saya.
Rambut saya diganti Tuhan dengan yang baru dan lembut, sangat berbeda dari saat
sebelum sakit.
Saya sudah sembuh
sempurna, terpujilah nama Tuhan Yesus. Tidak pernah Tuhan mengingkari janji-Nya
dan mujizat-Nya selalu terjadi tepat pada waktu-Nya dan tidak pernah dibiarkan
anak2 Nya yang percaya dan berharap kepadaNya. Amin