Kamis, 14 Mei 2015

Tetap Percaya dan Tidak Goyah Hingga Janji Kesembuhan dari Tuhan itu Digenapi



Perkenalkan nama saya Yulia. Saya sangat mengucap syukur kepada Bapa yang sangat mengasihi saya, yang memberikan kemampuan dan kekuatan kepada saya untuk melewati segala sakit penyakit yang saya alami.

Akhir April 2013 kami sekeluarga pergi berlibur ke Malaysia dan sepulang dari Malaysia, saya merasakan badan saya sangat lemah dan pusing. Saat itu saya pikir itu cuma efek dari kelelahan. Hari-hari berlalu tubuh saya tetap lemah, pusing dan kadang demam. Saya tidak terlalu memperdulikan karena saya pikir cuma masuk angin biasa.

Setelah beberapa hari kemudian saat saya tidur saya sering mengalami sesak nafas dan nyeri di bagian dada kiri bagian atas. Kemudian suatu siang saya merasakan demam tinggi sampai mengigil, seluruh badan saya bergetar dengan sangat kencang, badan terasa kaku, bahkan sampai tidak bisa berdiri dan berbicara.  Malam harinya keadaan saya semakin parah, sesak nafas, demam, pusing, lemas, sakit diseluruh tubuh.

Saya tidak ingin merepotkan suami saya, jadi saya bertahan sendiri di atas tempat tidur, tapi karena sesak nafas saya terlalu parah, akhirnya suami saya terbangun. Kemudian saya diberi obat inhaler spray untuk melegakan nafas saya. Sampai kemudian suami saya harus memasang selang oksigen untuk membantu pernafasan saya.

Keesokan harinya keadaan saya semakin parah, akhirnya saya tidak bisa bangun dari tempat tidur karena seluruh tubuh saya sakit dan sangat lemas.  Suami saya mengajak saya ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan saya. Saat keluar rumah, saya mendapati seluruh tubuh saya bengkak dan berwarna kuning terutama bagian mata, telapak tangan, dan kaki. Setibanya di rumah sakit saya diperiksa laboratorium lengkap dan USG,tetapi hanya ditemukan banyak cairan tubuh di rongga perut dan dada sehingga menekan paru-paru. Ini yang mengakibatkan saya kesulitan bernafas. Namun setelah kami konsultasikan ke beberapa dokter di rumah sakit itu, semuanya tidak bisa menemukan apa penyakit saya. Tetapi karena kondisi saya sangat buruk, jadi dokter menyarankan harus segera opname untuk dilakukan observasi guna mencari penyebab sakit itu. Kami belum memberi keputusan, kami berdoa dulu untuk bertanya bagaimana kehendak Tuhan.

Ketika kami berdoa di ruang tunggu rumah sakit siang itu, Tuhan hanya berkata tidak usah mondok sebab Tuhan sendiri yang akan menyembuhkan saya. Kami imani janji Tuhan dan kemudian kami memutuskan untuk pulang. Dokter yang menangani saya mengatakan kepada suami saya untuk memikirkan ulang keputusan kami karena keadaan saya yang sudah sangat mengkhawatirkan apalagi resiko cairan yang bisa membuat saya tidak bisa bernafas.  Dokter berkata bahwa saya keadaan saya sangat parah dan sangat beresiko kalau tidak dalam pengawasan dokter yang intensif.

Akhirnya kami pulang dan hanya mempercayakan hidup saya kepada Tuhan. Harapan kami hanyalah iman bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizat dan menyembuhkan saya. Kami percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang setia yang tidak akan pernah lalai akan semua janjiNya. Hari demi hari terlewati tanpa ada tanda-tanda membaik. Sebaliknya keadaan saya semakin memburuk, sehingga saya hanya bisa berbaring lemas dengan dibantu oksigen untuk bernafas. Setiap 6-8 jam sekali saya minum obat demam dan penghilang sakit, sebab saya selalu kesakitan di seluruh tubuh dan jika sudah demam seringkali saya sampai menggigil tidak bisa mengendalikan tubuh saya lagi. Selang beberapa hari kemudian, perut saya mulai membesar seperti orang hamil 6 bulan.  Saya sangat menderita karena seluruh badan sakit, bahkan untuk bergerak, buang air besar/kecil saya harus menahan sakit. Saya hanya bisa berbaring, karena apabila saya berdiri/berjalan walaupun hanya beberapa langkah saja, maka badan saya langsung demam tinggi. Sehari 2x saya di cek lab untuk mengetahui perkembangan saya sebab lekosit saya sangat tinggi seperti gejala leukemia.

Setiap hari suami, ibu mertua, dan anak-anak dengan kasih dan kesabarannya selalu melayani saya, memberi makan, minum, memandikan, bahkan memijat badan saya karena saya selalu merasakan sakit di seluruh tubuh saya. Saya tidak bisa makan nasi ataupun bubur, bahkan sup pun tidak bisa sebab selalu saya muntahkan kembali. Saya hanya bisa makan beberapa butir buah anggur dalam sehari.

Setelah beberapa bulan tidak ada perubahan dalam kondisi tubuh saya, maka kami kembali bertanya kepada Tuhan, kami harus periksa ke dokter mana untuk mengetahui penyakit yang belum diketahui sampai saat itu. Tuhan jawab agar kami pergi ke dokter SpOG (spesialis kandungan) yang dulu pernah memeriksa saya. Setelah diperiksa, dokter itu berkata bahwa endometriosis sudah menyebar ke mana-mana sehingga menyebabkan infeksi. Juga ditemukan miom yang ukurannya 2,5 cm dan 5 cm, sehingga harus segera ditangani agar tidak menyebar ke ginjal, hati, dan organ-organ tubuh dalam rongga perut sebab bisa berakibat fatal. Saat suami saya menanyakan apakah itu yang menyebabkan sakit dan bengkak, dokter tidak bisa memastikannya sebab bisa jadi bukan hanya endometriosis saja penyebabnya dan tidak ada dokter yang bisa tahu sebelum perut saya dibuka.

Jadi dokter berkata bahwa jalan satu-satunya adalah operasi besar untuk membuka perut saya. Setelah dibuka baru akan diketahui penyakitnya disebabkan oleh apa dan baru akan dipanggilkan dokter yang ahli di bidang itu untuk menanganinya. Jadi operasinya akan melibatkan banyak dokter dari berbagai bidang keahlian karena penyakit saya tidak jelas penyebabnya dan karena resiko tinggi dari tindakan operasi yang akan saya alami. Dokter bertanya kepada saya, mengapa penyakit kok dibiarkan saja, karena riwayat endometriosis saya sudah terdeteksi 6 tahun yang lalu pada stadium 4 sehingga kondisinya saat ini sudah sangat parah dan harapan hidupnya sangat tipis dengan komplikasi yang ada. Saya hanya berkata bahwa kami percaya dan menanti mujizat Tuhan. Saat itu dokter mengejek saya dan mengatakan kalau ibu ingin makan nasi goreng, apakah hanya dengan menunggu dan berdoa maka nasi goreng akan turun dari langit? Kami hanya bisa tersenyum mendengar sindiran dari dokter.

Setelah kami mendengar vonis dari dokter itu, kami pun mendatangi 3 dokter kandungan lain yang “top” di Jogja. Semuanya mengatakan hal yang sama, bahkan salah seorang dokter seakan-akan tidak peduli sama sekali dengan kesakitan yang saya rasakan. Kami pun mulai berpikir untuk operasi, sebab siapa tahu Tuhan akan menyembuhkan lewat cara itu. Kami bertanya-tanya tentang keberhasilan operasi itu, tetapi tidak ada satu pun dokter yang bisa menjamin keberhasilan operasi itu, sebab penyakitnya pun belum diketahui sehingga dokter tidak bisa memastikan jenis penanganannya dan seberapa parah kondisinya. Dokter kandungan hanya bisa memberikan gambaran jika itu karena endometriosis dan miom saja tanpa komplikasi lain, tidak ada seorang dokter pun yang bisa menjamin saat dioperasi semua bintil-bintil endometriosis bisa dibersihkan tanpa tersisa. Konsekuensinya jika ada bintil endometriosis yang terlewatkan, maka pasti akan berkembang kembali dalam waktu singkat. Jadi operasi itu seperti judi saja, tidak ada dokter yang bisa memberi prosentase keberhasilannya.

Mendengar hal itu kami sempat syok dan putus asa. Kami pulang dengan hati sedih dan kemudian kami berdoa minta kekuatan dan tuntunan Tuhan. Tuhan berkata bahwa saya akan sembuh tanpa pertolongan dokter, karena Tuhan sendirilah yang aan menyembuhkan saya. Kami semua menangis dan mengimani kembali janji Tuhan, walaupun sepertinya mustahil. Kami percaya bahwa Tuhan adalah setia dan pertolongannya selalu tepat pada waktu-Nya.

Tiga bulan berlalu sejak dari vonis dokter itu, penyakit saya tidak kunjung sembuh bahkan semakin parah. Sekali lagi saya hampir putus asa dan sudah merelakan apabila Tuhan harus panggil saya di usia yang ke-35. Saya sudah merasa tidak mampu lagi untuk bertahan dengan penyakit ini, dan melihat kesedihan yang menyelimuti keluarga kami dan kelelahan mereka karena harus melayani saya setiap hari. Sebab saya tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain dan hanya bisa berbaring saja. Saya sangat bersyukur  memiliki keluarga yang begitu mengasihi dan mendukung saya, walaupun saya sangat merepotkan mereka.

Melihat keluarga yang begitu mengasihi saya, iman saya bangkit lagi dan saya mulai berusaha untuk bisa melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang lain. Puji Tuhan, Dia beri saya kekuatan, sedikit demi sedikit saya mulai bisa bangkit dari tempat tidur, mandi sendiri, makan sendiri, ke toilet sendiri walaupun dengan usaha dan perjuangan yang berat. Lama kelamaan saya mulai bisa melakukan aktifitas untuk keperluan saya sendiri, meskipun harus sering beristirahat kembali. Aktifitas saya tidak bisa lebih dari 30 menit, setelah itu saya harus beristirahat lagi karena bila terlalu lama badan saya pasti demam lagi.

Setelah beberapa lama kemudian saya sudah bisa pergi ke pasar dengan pelan-pelan. Saat saya di pasar semua orang yang mengenal saya selalu bertanya-tanya melihat kondisi saya yang masih pucat, perut membesar, kaki membesar, pipi yang membesar. Mereka berkata, hamil berapa bulan bu?? kok pucat banget. Saya hanya menjawab dengan senyuman. Sepulang dari pasar saya harus kembali beristirahat supaya tidak demam.

Berangsur-angsur bengkaknya mulai hilang, tetapi dengan demikian terlihat tubuh saya aslinya tanpa bengkak itu hanyalah seperti tulang-belulang saja. Berat badan saya turun drastis 9 kg dari sebelum sakit dan hanya tinggal 38 kg. Kemudian selang tidak berapa lama, rambut saya mulai rontok hebat tanpa bisa dicegah. Setiap pagi di atas bantal saya banyak sekali ditemukan rambut yang rontok sehingga benar-benar saya takut kalau sampai botak.

Waktu terus berlalu kekuatan tubuh saya mulai pulih kembali, namun diikuti dengan kondisi kerontokan dan berat badan yang sangat rendah membuat saya bingung seakan-akan selesai masalah satu tetapi timbul masalah lain. Di tengah kebingungan itulah, kami selalu diingatkan untuk tetap percaya bahwa mujizat Tuhan pasti akan terjadi tepat pada waktuNya. Saya pun tidak lagi memperhatikan penyakit saya, tetapi saya fokus melakukan aktivitas yang bisa saya kerjakan sebisa saya sesuai kemampuan kekuatan tubuh saya.

Tanpa terasa, tepat 1 tahun kemudian saya baru menyadari bahwa kondisi saya sudah pulih seperti dahulu. Perut, kaki, pipi, rambut yang dahulu rontok Tuhan sudah gantikan dengan yang baru. Bahkan dahulu saya punya rambut yang kaku dan saya menginginkan rambut yang lembut, itu Tuhan berikan sesuai keinginan saya. Rambut saya diganti Tuhan dengan yang baru dan lembut, sangat berbeda dari saat sebelum sakit.

Saya sudah sembuh sempurna, terpujilah nama Tuhan Yesus. Tidak pernah Tuhan mengingkari janji-Nya dan mujizat-Nya selalu terjadi tepat pada waktu-Nya dan tidak pernah dibiarkan anak2 Nya yang percaya dan berharap kepadaNya. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar